alainmydel

Alain من عند الھجر، عمان من عند الھجر، عمان

قارئ Alain من عند الھجر، عمان

Alain من عند الھجر، عمان

alainmydel

** spoiler alert ** Untuk memberi rating buku ini, mula-mula aku harus: - Melupakan fakta bahwa nyaris semua polisi Miami di buku ini entah kenapa rada-rada tulalit. - Protes. Siapa itu yang nulis kata detektif? Dexter itu kerja sebagai penganalis cipratan darah di kepolisian. Jadi harusnya dia itu bukan polisi, apalagi detektif. Salah sangka inilah yang bikin gw awalnya ogah baca buku ini. - Melupakan -lagi- fakta bahwa hampir seluruh karakter-karakter yang tampil di buku ini rada-rada klise, contohnya: > Protagonis yang punya adik -tiri- cewek yang: cantik, seksi, cerdas (kata Dexter sih), namun naif dan terlalu sering mengumpat memakai kata "Berengsek!" (bukannya aku tak suka, tapi apa dia tak punya kata makian lain?), > Sang adik punya atasan yang: cewek juga, seorang detektif modis, cantik, ambisius, dan pandai bicara, namun narsis, pintar menjilat (kata Dexter sih), berhati dengki, naksir protagonis, dan, nampaknya, isi kepalanya benar-benar sebesar dengkulnya. > Dan protagonisnya sendiri, yang: berkharisma, ramah, lucu, ganteng, dan populer di kalangan cewek-cewek di kantornya, > dan dia punya masa lalu suram, > dan dia adalah seorang psikopat sadis pembunuh berantai. Nah, ini mulai menarik. Apakah protagonis kita adalah seorang anti-hero? Yeap, seratus untuk Anda. Dexter adalah salah satu anak penghuni panti asuhan, yang kemudian diangkat anak oleh seorang detektif di kepolisian Miami. Yang Dexter tidak tahu, sang detektif mengetahui rahasia gelap masa lalunya. Yang sang detektif tidak tahu, Dexter memiliki kecenderungan psipokatik seorang pembunuh. Suatu hari, sang ayah angkat, Sersan Harry, menemukan kuburan berisi tulang belulang di halaman rumah mereka. Semula sudah curiga, ia mengajak Dexter pergi berkemah, dan bertanya: apakah kamu tahu sesuatu tentang anjing tetangga yang hilang beberapa hari lalu? Dexter amat menghormati ayah angkatnya. Ia tak bisa mengelak. Ia mengaku ia membunuh anjing itu, karena ibu (angkatnya) sedang sakit dan butuh istirahat, sementara anjing itu selalu saja ribut dan "menggonggongi setiap helai daun yang jatuh ke tanah". Dexter mengira ayah angkatnya akan langsung membawanya ke institut penderita sakit mental. Tapi ternyata tidak. "Kau anak yang baik, Dexter. Kalau tidak, pasti kau bertindak semaumu dan tidak memikirkan kami lagi." "Ada... beberapa orang di dunia ini yang memang pantas mati." Kalimat pertama membuatku memberi rating empat bintang untuk buku ini. Kalimat kedua membuat Dexter tahu, bagaimana dia harus hidup di dunia ini bersama-sama dengan insting pembunuhnya, yang tak lama lagi pasti akan meminta korban manusia. Dexter tak bisa ingat kejadian apapun sebelum umur tiga tahun (kalau dipikir-pikir, apa ada yang bisa ya?), dan itulah petunjuk yang mengarah ke pemecahan kasus pembunuhan berantai di buku ini. Bukan, bukan yang Dexter lakukan. Ada seseorang lagi yang memiliki metode pembunuhan sama persis dengan Dexter: memutilasi mayat dan mengeringkannya, sampai tak menyisakan darah setetespun. Gaya penulisannya bagus sekali. Lancar dan enak dibaca. Dan karena sebagian berkat jasa penerjemahnya, biarkan aku memujinya di review buku seri Dexter yang pertama ini, XD.